Pecahan Rp2.000 Segera Diluncurkan

Diposting oleh Cah Ingusan

INILAH.COM, Banjarbaru – Bank Indonesia (BI) menyatakan akan segera meluncurkan pecahan uang kertas dengan nominal Rp2.000 pertengahan tahun 2009 dalam upaya memenuhi kebutuhan pasar. Sebagaimana uang kertas lainnya yang menampilkan gambar pahlawan nasional, untuk pecahan Rp 2000 warna krem menampilkan gambar Pangeran Antasari, pahlawan nasional dari Kalimantan Selatan (Kalsel), ungkap Pimpinan BI Banjarmasin Bramudija Hadinoto, di Banjarbaru, Kamis (11/6). “Pencetakan mata uang kertas bergambar Pahlawan Nasional Pangeran Antasari dalam bentuk pecahan Rp2000 itu Insya Allah diluncurkan 6 Juli 2009 untuk memenuhi kebutuhan pasar,” tandasnya saat coffe morning di kota idaman Banjarbaru. Dengan diterbitkannya uang pecahan yang bergambar pahlawan Nasional Pangeran Antasari tersebut diharapkan dapat membuat masyarakat Indonesia lebih mengenal pahlawan asal Banjar Kalsel itu. Sedangkan untuk gambar di sisi belakang Pangeran Antasari, pihak BI rencananya akan menampilkan gambar Tari Tradisional Suku Dayak asal Kalimantan yang juga bisa disebut tari giring-giring. [sumber://http://www.inilah.com]

Akhir 2009 Seluruh Desa Ada Internet

Diposting oleh Cah Ingusan

INILAH.COM, Malang - Pada akhir 2009, seluruh desa yang ada di Indonesia ditargetkan bisa terjangkau jaringan telekomunikasi, bahkan terkoneksi dengan akses internet. Menteri Komunikasi dan Informasi Prof Dr M Nuh, Jumat (12/6) mengatakan, dari total desa yang belum terjangkau jaringan telekomunikasi sebanyak 31 ribu. Pada akhir 2009 dan paling lambat awal 2010 semua sudah tuntas jaringannya. "Paling lambat awal tahun 2010 semua masyarakat pedesaan termasuk desa terpencil sekalipun sudah bisa menikmati jaringan telekomunikasi bahkan internet. Dan mereka juga sudah bisa mengoperasikannya," katanya di sela-sela peresmian akses intranet di Rumah Pintar Universitas Brawijaya (UB) Malang. Menurut mantan rektor ITS itu, untuk menyediakan jaringan akses telekomunikasi dan internet tersebut disediakan anggaran sekitar Rp 2 triliun pada tahun 2009. Menkominfo berharap, setelah jaringan telekomunikasi tersambung di seluruh desa, yang menjadi pemikiran adalah keterjangkauan bagi masyarakat desa itu sendiri. Sebab dari akses internet tersebut masyarakat bisa melakukan transaksi ekonomi antarmasyarakat. Selain menyiapkan sambungan atau jaringan telekomunikasi, katanya, yang tidak kalah penting adalah isi (content) dari jaringan internet itu sendiri terutama yang berkaitan dengan e-education dan e-health. Ia mengakui, saat ini Depkominfo bersama beberapa perguruan tinggi negeri (PTN), yakni ITB, UI, ITS, Unair dan Unpad serta ITS juga tengah melakukan kajian dan penelitian mengenai pengaruh internet terhadap sosial, ekonomi dan budaya dilingkungan masyasyarakat. Penelitian tersebut, katanya, dalam kurun waktu enam bulan diharapkan sudah tuntas. "Mudah-mudahan dalam beberapa bulan ke depan sudah selesai agar hasinya bisa dijadikan acuan bagi kita untuk mengambil langkah selanjutnya," tegas M.Nuh.[ito] [sumber:http://www.inilah.com]

Rencana Pembongkaran Pasar Johar Pedagang Pasar Johar Semarang Mengadu ke Gubernur

Diposting oleh Cah Ingusan

VHRmedia, Semarang – Ratusan pedagang Pasar Johar Semarang berunjuk rasa di kantor DPRD Jawa Tengah, Kamis (11/6). Mereka meminta Gubernur Bibit Waluyo membatalkan rencana pembongkaran pasar bersejarah ini. Gubernur Bibit Waluyo yang diwakili Kepala Biro Perekonomian Provinsi Jateng menemui para pengunjuk rasa. Namun pejabat Pemprov hanya menampung keluhan para pedagang. Ketua Aliansi Masyarakat dan Pedagang Kawasan Pasar Johar Mudasir mengatakan, investor akan mulai membongkar pasar 15 Juni ini. “Pemkot Semarang tidak pernah terbuka soal ini. Karena itu, kami minta bantuan Gubernur.” Lingkungan Pasar Johar dinilai menjadi penyebab terjadinya rob di kawasan kota lama Semarang. Namun, menurut para pedagang, penataan Pasar Johar tanpa perubahan paradigma tata kota tidak akan memperbaiki kondisi lingkungan sekitar. “Misalnya membuat pompa air atau mendesain ulang kawasan sekitar pasar. Tapi bukan membongkar pasarnya!” kata Mudasir. (E1) (sumber : http://www.vhrmedia.com/)

Pulsa Dari Dynasis

Diposting oleh Cah Ingusan

Dynasis.mau daftar klik Di sini ====> "DAFTAR"

Pelayan Itu Babu

Diposting oleh Cah Ingusan

Siapa pelayan? Semua orang yang melayani manusia lainnya. Apapun jabatannnya dan pangkatnya selama tugasnya adalah melayani orang lain adalah pelayan, istilah umumnya adalah babu. Kita sering mendengar ucapan pejabat “Kita adalah pejabat publik yang melayani masyarakat, oleh sebab itu kita harus memberikan pelayanan terbaik kepada mereka”. Begitulah yang sering kita dengan dari mulut mereka. Masyarakat menjadi saksi, juga apapun yang ada saat itu. Dari kondisi di atas, kita tahu sesungguhnya babu bisa bernama presiden, menteri, gubernur, bupati, camat, lurah. Semuanya bertugas melayani masyarakat. Masyarakat yang membayar mereka, jadi kalau babu mentang mentang di depan majikannya artinya babu kurang ajar dan harus dihukum. Bagaimana tugasnya? Sangat sederhana, tugas babu adalah babu, pelayan tidak lebih. Orang yang dilayaninya bernama majikan, kalau memang begitu aturannya, maka kamu semua adalah majikan dan para pejabat itu babu yang wajib melayani kami dengan sungguh sungguh. No question, tugasnya adalah melayani. Bagaimana anggapan Anda? Mulia atau hina? Pandangan seseorang hina atau mulia bukan dari tugasnya, jabatannnya, melainkan komitmennnya untuk menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Dalam pandangan Allah, kemuliaan manusia bukan karena kekayaannya, cantik dan gantengnya, atau keturunannya. Kemuliannya manusia karena ketaqwaaanya kepada Allah. Kalau digali lebih mendalam, makna taqwa adalah komitmen antara ucapan dengan tindakan nyata. Kesehariannya menjalankan tugas dengan setulus tulusnya. Niatnya juga bukan karena hal-hal lain diluar janji yang telah disumpahkan. Apa janji pejabat kepada majikannya? Menjalankan dengan sebaik-bailnya dan selurus-lurusnya tugas yang diwenangkan kepadanya. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan maksimal dan seterusnya. Coba lihatlah kenyatannya? Mereka seringkali mengumbar kecongkaan yang memposisikan sebagai majikan, dan justru minta dilayani. Ini adalah pengkhianatan dan kudeta. Apa hukuman bagi pengkhianat? Hukum seberat beratnya tanpa apmun. Bandingkan dengan pelayan masyarakat? Lurah, camat, bupati, gubernur, presiden adalah jabatan babu untuk melayani masyarata umum. Apakah mereka mejadi pelayan atau bendoro?apa artinya pelayan mengganpap diri bendoro? Itu namanya tidak tahu diri. Kalau sudah demikian tatanan yang baik, harmonis menjadi rusak berantakan. Bandingkan dengan kisah manusia manusia paling mulai di muka bumi mlai dari dalailama, mother Theresa, para waliyullah, para nabi ambiyak walmursalin meningkat kepada Rasul Allah Muhammad Saw. Semua manusia-manusia mulia ini berprofesi sebagai pelayan manusia. Bahasa murahannya adalah babu yang melayani dengan setulus hati tanpa pamrih. Tidah ada bayaran rupiah dan dollar di sakunya, bahkan ucapan terima kasihpun tidak diharapkannnya. Kalau memang demikian tugas pelayan”babu”, apakah pantas kita memalingkan muka terhadap manusia-manusia ini? Mari kita memalingkan pehatian kita kepada pelayan palig mulia di uka bumi, yaitu Rasul Muhammad saw. Apakah baginda Rasul minta dipanggil raja, presiden atau segala jabatan tertinggi di mata manusia? Rasul Muhammad pun yang nyata sebagai manusia termulia di sisi Allah swt menolak penghormatan sahabat dengan berdiri. Hanya berdiri saja pada saat Beliau datang pada suatu majelis. Apakah artinya Rasul? Rasul berarti utusan. Bahasa kasarnya orang suruhan, sebagaimana kita suka menyuruh pembantu rumah belanja di pasar, mencuci, setrika dan bersih-bersih rumah. Pelayan itu setia menjalankan tugas tuannnya. Kalau memang demikian tugas seorang babu, apa bedanya dengan Rasul yang juga hanya sebagai pelayan yang menyampaikan risalah? Sama atau tidak? Ya sama dong, wong sama-sama sebagai pembantu. Sudah jelas bahwa profesi kita bisa dipisah kalau bukan jeragan ya babu. Bagaimana dengan profesi kita sekarang?, kita hanya punya 2 pilihan titik. Majikan atau babu? Tugasnya pun jelas yaitu yang dilayani atau melayani. Tugas boleh beda tetapi mulia atau tidak bukan urusan manusia. Yang perlu ditegaskan di sini adalah profesi babu yang paling tinggi adalah Rasul Allah Muhammad. Kemuliaannya melebihi siapapun di dunia. Kisah babu yang mulia belum cukup sampai disini. Semua profesi baik majikan atau babu tidak menjadi soal yang penting dedikasi yang penuh dengan bertumpuh pada keiklasannya menjadi factor sentral. (sumber:http://www.jaiman1.wordpress.com)

Nasi Jagung, Sarapan Hemat dan Nikmat

Diposting oleh Cah Ingusan

WONOSOBO, Di pagi yang sedikit dingin. Mungkin karena tersisa hujan semalam. Aku berangkat ke tempat kerja dengan sepeda motor hitam kesayanganku. Aku lirik jam di kantor. Ah, baru jam tujuh kurang seperempat. Cari sarapan dulu, kayaknya enak. Aku langsung meluncur ke pasar, tepatnya Pasar Gondang Watumalang Wonosobo. Berputar-putar. Setelah sekitar tiga menit, aku menemukan sebuah kios kecil di los paling selatan menghadap ke utara yang menjual nasi jagung. Pasti nikmat. “Pinten bu … setunggal bungkus (berapa bu satu bungkus)," tanyaku. “Enggeh … bebas mas, sewu, sewu limangatus kaleh ewu angsal (1000, 1500, 2000 boleh). Tinggal milih,” lanjutnya. Namanya juga nasi jagung pasti terbuat dari Jagung. Satu porsi berisi nasi jagung putih hangat, dengan sayur sawah, daun singkong, triwis dipadu dengan sambal kelapa muda yang pedas manis, juga bisa memilih dengan sambal cabe merah atau hijau. Nasi jagung dengan sayur dan sambal ini menjadi lebih nikmat lagi ditambah dengan rese (ikan asin) gandum yang digoreng kering. Selain menjual nasi jagung, juga menyediakan Tempe Kemul (mendoan) yang digoreng kering tapi tidak keras, yang juga menjadi pilihan menu lauk pauk. Ada yang menarik dengan nasi jagung di sini, soalnya jika dimakan bukan dengan Tempe Kemul (mendoan) dari tempat lain rasanya tidak enak, dan jelas sekali berbeda ketika dengan tempe kemul asli menu yang disediakan oleh pedagang nasi jagung itu. Aku membeli 1500 untuk nasi jagungnya dan 2 tempe kemul (1000), hal yang membuat lebih kaget lagi ketika aku tuang di piring hampir 1 piring penuh, Mungkin ini bisa juga untuk makan siang. Wow, murah bukan? Cocok untuk pegawai swasta yang gajinya pas-pasan.(sumber:Http://www.suarakomunitas.com)

Memutus Rantai Candu dan Stigma

Diposting oleh Cah Ingusan

Pecandu bergelut keras melepas jerat putau. Kini berjuang memutus mata rantai HIV/AIDS pengguna narkotika

Galeri Ruang Rupa, Tebet, Jakarta Selatan, awal akhir Maret 2009. Sketsa itu terus dipandangi. Selintas juga diratapi. Kini dia lepas dari cengkeraman narkotika. Sebuah kesadaran terus menggelayut: stigmatisasi masyarakat dan diskriminasi terhadap pecandu dan mantan pecandu harus dilawan. Berawal dari sebuah agency model di salah satu kawasan di Jakarta, Maya remaja, ditawari menjadi model. Posturnya memang menunjang untuk profesi ini. Modal itu ternyata membawanya pada malapetaka. Dara cantik ini dipaksa melayani nafsu manajer agency yang sudah dianggap seperti ayah sendiri. Peristiwa di ruang pemotretan itu mengubah jalan hidupnya. Remaja lugu ini tak kuasa membuang rekaman pengalaman menyakitkan itu. Ingin rasanya lepas dan menghapus memori kelam itu. Dia berusaha menghilangkan kenangan pahit ketika masih duduk di bangku SMP itu melalui pergaulan yang mengenalkannya pada putau. Putau itu pula yang membawa Maya mampir di markas polisi di kawasan Jakarta Selatan. Ketika ditangkap petugas, Maya dan ketiga temannya langsung menjalani proses berita acara pemeriksaan. Beruntung malam itu Maya tidak sampai menginap di markas polisi. Setelah dijemput ibunya, dia dibawa pulang ke rumah di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Keluarga kemudian mengupayakan perawatan dan pemulihan Maya. Pengobatan medis hingga alternatif pun dicoba. Namun, perlawanan dari dalam diri terus terjadi. Sering terjadi keributan besar di rumah saat Maya sakau. Bahkan ancam-mengancam antara anak dan orang tua terjadi. Pada suatu malam perang besar terjadi. ”Habis ini kita tidak bisa bantu lagi. Kamu mau makai silakan, tidak mau makai silakan. Kamu mau tinggal di jalanan, tidak pulang, silakan. Rumah ini mau terima kamu kalau kamu sudah berhenti makai,” kata sang ibu kepada putri satu-satunya itu. Maya gelap mata. Dia minggat dan memutuskan tinggal di jalanan. Kehidupan jalanan dilakoninya hingga dua tahun. Terus terngiang ucapan ibunya. Apa saja dilakukannya untuk mendapatkan putau. Dia menjadi pencuci piring di warteg, tukang parkir,”orasi” alias ngamen di bus kota, hingga ”naik kelas” menjadi bandar narkoba. Terkadang dia pulang ke rumah hanya untuk mendapatkan uang dengan cara apa pun. Kemudian menghilang. Suatu ketika, tiba-tiba Maya sangat rindu ibunya. Dia memberanikan diri pulang. Di luar dugaan, ayahnya telah membuat peraturan yang disebarluaskan ke tetangga. ”Jarak 500 meter, saya tidak boleh dekat rumah sendiri. Daripada saya nyolong dan ngancurin rumah lagi, kata bokap waktu itu,” tuturnya. Sampai pada suatu malam terjadi kembali keributan dengan sang ibu. Lengan Maya terluka yang mengakibatkan meregang nyawa karena kehilangan banyak darah. Ibunya hanya bergeming, bahkan mengeluarkan ultimatum. “Kalo sampe kamu mati,ya tinggal Mama kubur. Lebih baguslah matinya di rumah, bukan di jalanan, jadi tidak malu-maluin. Mama nggak rugi kehilangan anak satu macam kamu!” Maya termangu. Lama. Kemudian kesadaran datang. Dia ingin pulang ke rumah, kembali diterima keluarga. Dia ingin sembuh dan harus berani berpisah dari putau. ”Timbul kekuatan di benak. Kalau tidak berhenti sekarang, ancur nih gue. Akhirnya saya berhenti dan pulang ke rumah,” katanya. Kedua orang tua dan kakaknya menyambut dan menerima Maya. Jika sakau mulai melanda, ”cengkeraman” itu dilawan dengan pasang badan alias berhenti tanpa melalui pengobatan. Empat hari Maya berhasil melewati masa kritis. Selama itu pula sekujur badannya terus didera rasa sakit. ”Itu yang paling hebat. Ternyata threatment semacam itu yang saya butuhkan. Saya bukan tipe pecandu yang begitu dimanja langsung sembuh. Baru sadar saya tidak bisa digituin.Setelah melewati masa kritis itu dan berupaya membuktikan perlahan, ternyata bisa mengembalikan kepercayaan keluarga. Dan saya berhasil kasih bukti ke Mama dan keluarga, saya bisa menjadi anak mereka kembali yang dibanggakan,” katanya tersenyum
Kini di usia 28 tahun, Maya dan beberapa kawan senasib bekerja di sebuah lembaga yang peduli memutus mata rantai HIV/AIDS pengguna narkotika di komunitas. Maya kembali masuk penjara satu ke penjara lain, dari komunitas jalanan satu ke komunitas yang lain. Dulu sebagai pecandu, kini sebagai pemandu pemutus mata rantai HIV. ”Bagi saya tidak ada kata terlambat. Mungkin semakin banyak ngobrol, akan banyak sekali teman perempuan yang tahu. Paling tidak bisa meminimalisir pengalaman seperti yang saya alami. Dengan berbagi, bisa sedikit mengurangi beban,” katanya. Maya kini tahu masyarakat tidak punya hak untuk mendiskriminasi seseorang dengan alasan apa pun, termasuk terhadap pecandu dan kaum marginal lainnya. Seharusnya perempuan tetap bisa memperjuangkan hak, tanpa terbelenggu kesalahan masa lalu, juga pada bentukan sosial yang sangat patriarki. ”Saya tidak pernah menyesal, karena itu pengalaman yang sangat mahal. Kalau ada omongan miring saat ini, saya cuek saja. Yang penting niat saya baik dan terus membuktikan. Sekarang saya harus perjuangkan itu semua,” kata Maya mantap. Dia yakin, perjuangan melawan stigmatisasi itu akan berhasil, seperti halnya dia melepaskan dekapan narkoba. (E4)

Lika-liku Penjaga Warteg (1) Di Tengah Kepulan Periuk Nasi

Diposting oleh Cah Ingusan

Malam beranjak larut. Jam dinding menunjukkan pukul 23.30. Gadis sintal padat berisi itu menatap layar televisi 15 inchi dengan serius. Sementara pria yang duduk di kursi panjang di belakangnya terlihat santai menghembuskan asap rokok kretek. “Tun, iku lho,” kata lelaki itu sembari menunjuk cangkir kopi yang harus segera dicuci. Malam pertengahan Mei itu tampaknya jadi malam tersepi bagi Sofiatun yang biasa dipanggil Sofia. Hingga menjelang pagi, ia hanya terduduk di sudut ruangan sembari menunggu pembeli yang tak kunjung datang. Sebenarnya ada dua rekannya yang mendapatkan shift jaga bareng Sofia, namun mereka tak tampak. “Lagi tidur dan ada yang sakit,” ujarnya lirih. Mari tengok keseharian Sofia. Gadis 19 tahun ini bekerja di warteg Ridho Ibu milik Haji Noto asal Tegal, Jawa Tengah. Ia bekerja mulai pukul 21.00 hingga pukul 13.00. Setengah jam sebelum bekerja ia harus memanaskan beberapa menu hidangan yang siap disajikan pada pembeli. Sudah dua bulan Sofia bekerja sebagai penjaga warung tegal di bilangan Tebet, Jakarta Selatan. Sebagai penjaga warung makanan khas Tegal, posisi pekerjaan yang ia jalani sebenarnya mengganti teman yang sedang dialihkan ke warung cabang lain di wilayah Pancoran, Jakarta Selatan. Istilah ini beken disebut rolling oleh kebanyakan pemilik warteg di seantero Jakarta. Keberadaan pekerja warung Tegal beriringan dengan menjamurnya usaha kuliner asal Jawa Tengah. Warung makanan ini terbilang cocok untuk ukuran fulus kebanyakan kaum urban Jakarta. Tiap tahun jumlahnya makin bertambah. Seiring dengan peningkatan perkembangan taraf hidup di Jakarta. Meski usaha warteg telah ada di Jakarta sejak tahun 1970-an dan omzetnya bisa sampai puluhan juta rupiah, toh tak semua pekerja warteg mendapat cipratan rezeki. Rata-rata pekerja warteg mendapat upah yang sebenarnya bisa dibilang tidak layak. Khususnya untuk hidup di tengah melambungnya harga kebutuhan pokok di Ibu Kota. Sofia yang bekerja sebagai penjaga warteg mendapat upah Rp 400 ribu per bulan. Namun, upah itu baru bisa setelah tiga bulan bekerja. Begitulah perjanjian yang disepakati dengan pemilik warteg saat ia diboyong dari kampung asalnya Adiwerna, Tegal, ke Jakarta. Sepanjang bekerja, baru sehari ia minta izin untuk menengok kakaknya yang tinggal di Depok, Jawa Barat. Kakaknya yang tinggal di Depok pun membuka usaha serupa. Sofia dan lima rekannya baru bisa mendapat jatah liburan menjelang Lebaran. Itu pun hanya seminggu. Usai itu ia dan rekan-rekannya harus balik lagi ke pekerjaan semula. Sofia pun tak perlu pusing-pusing memikirkan dimana ia harus tinggal. Dia bisa tinggal dan beristirahat di lantai dua gedung tempatnya bekerja. Fasilitas itu disediakan pemilik warteg untuk penghematan biaya bagi pekerjanya. (bersambung) Foto-foto: VHRmedia / Kurniawan Tri Yunanto (sumber:http://www.vhrmedia.com)

Dalam Penerimaan Siswa Baru Sekolah Tak Boleh Pungut Biaya

Diposting oleh Cah Ingusan

Temanggung, CyberNews. Pihak sekolah tidak diperbolehkan memungut biaya sedikitpun dari calon peserta didik dalam penerimaan siswa baru (PSB) tahun 2009 ini. Selain itu, kepala sekolah maupun guru juga tidak diperkenankan menerima "titipan" calon siswa, untuk diterima pada sekolah bersangkutan. "Tidak hanya kepala sekolah dan guru, akan tetapi jika ada oknum di jajaran Dinas Pendidikan yang melakukan pungutan liar dan kolusi dalam PSB ini, kami akan melakukan tindakan tegas," kata Kepala Dinas Pendidikan, Tri Marhaen Suhardono, di kantornya, Jumat (5/6). Dia juga mengimbau, agar para orang tua atau wali murid jangan pula berupaya meminta kepada pihak sekolah untuk menerima suap dan melakukan kolusi, agar anaknya diterima di sekolah itu. Sebab, selain merupakan praktek yang bisa menjadi budaya buruk bagi dunia pendidikan, hal itu juga akan memberikan dampak yang tak baik bagi anak sendiri. "Beberapa waktu lalu, juga pernah datang seorang tokoh masyarakat menemui saya, yang meminta agar anaknya bisa diterima di sekolah rintisan berstandar internasioal, namun permintaan itu saya tolak, karena memang tidak diperbolehkan. Bapak Bupati sendiri juga telah menyatakan tidak mentoleransi praktek tersebut," paparnya. Menurutnya, satu-satunya pertimbangan untuk menerima atau tidak, calon siswa yang mendaftar PSB di suatu sekolah ialah didasarkan pada nilai yang dicapai siswa bersangkutan pada UN di sekolahan tingkat sebelumnya. Sedangkan, pada sekolah RSBI, selain nilai siswa sejak semester tertentu di sekolah sebelumnya, juga didasarkan hasil tes akademik dan psikotest. Khusus sekolah RSBI, sambungnya, memang diperbolehkan memungut sumbangan pengembangan sekolah dan iuran komite sekolah, akan tetapi hal itu juga tidak boleh dijadikan pertimbangan diterimanya siswa. Karena itu, sekolah yang meminta siswa pendaftar untuk mengisi surat pernyataan membayar sumbangan sesuai kesanggupan siswa, dilakukan setelah ada pengumuman penerimaan. "Jadi, surat pernyataan tersebut ditandatangani siswa dan orang tuanya, setelah yang bersangkutan dinyatakan diterima di suatu sekolah, bukan sebelum mereka diterima," ujarnya. Sementara itu, kendati proses pendaftaraan siswa baru direncakan pada akhir Juni ini, namun juklak maupun juknis dari provinsi tentang hal tersebut belum ada. Termasuk ketentuan mengenai batasan jumlah sekolah negeri yang boleh didaftar oleh seorang siswa. "Sampai saat ini kami belum menerima juklak dan juknis tersebut," jelas Marhaen. Sedangkan anggota Dewan Pendidikan, Zainal Faizin mengatakan, untuk memberi kesempatan sekolah sasta mendapatkan siswa, sebaiknya yang dibatasi dalam PSB ialah jumlah siswa yang diterima suatu sekolahan negeri, jangan jumlah sekolahan yang boleh didaftar seorang siswa. Sebab, pembatasan sekolah yang didaftar sama dengan membatasi hak siswa mendaftar sesuai keinginannya. (Henry Sofyan / CN13) (sumber: http://www.suaramerdeka.com/)

Penggalian Potensi Lokal untuk Pemberdayaan Komunitas

Diposting oleh Cah Ingusan

Muntilan, 03 juni 2009, Bertempat di komunitas Rumah Pelangi (MP) diadakan diskusi pasar komunitas oleh Combine Resource Institution (CRI). Diskusi dan penggalian potensi lokal komunitas dihadiri oleh rekan rekan Rumah Pelangi dan Suara kampung Pintar. Kegiatan ini berlangsung dalam rangka mendorong kemandirian komunitas dalam menggali dan memberdayakan potensi yang ada. Menurut Budhi Hermanto dari CRI, pasar komunitas adalah pasar dunia maya yang menampung potensi dari komunitas yang bertujuan mempertemukan para pelaku pasar yakni produsen/supplier, pembeli, dan investor. Pasar komunitas mendorong setiap komunitas untuk memberdayakan potensi lokal yang bisa menjadi salah satu sumber pendapatan yang mendukung kemandirian komunitas. Potensi yang saat ini sudah berjalan di dalam komunitas Rumah Pelangi yang akan ditawarkan dalam pasar komunitas; budidaya ikan air tawar dan usaha sablon. Sedangkan potensi yang akan dikembangkan mengingat sentra kerajinan dari batu yang selama ini dikuasai oleh pemilik modal yang tidak berpihak pada pengrajin maka rumah pelangi berinisiatif memfasilitasi menawarkan ke masyarakat luas melalui diantaranya lewat pasar komunitas. Disamping itu tergali juga potensi yang selama ini telah ada yakni outbond dan peternakan bebek. Dan dari Komunitas Suara Kampung Pintar menelorkan penawaran wisata alam, kerajinan batok, makanan olahan dan budidaya ikan lele. Selama ini Suara Kampung Pintar telah mencoba melakukan budidaya pembesaran ikan lele dan memasarkan makanan olahan. Potensi alam yang ada di Suara kampung Pintar dimana komunitas SKP terletak di lereng gunung Sumbing mempunyai potensi wisata alam, dimana wisata alam tersebut seandainya diolah dan diberdayakan akan menjadi salah satu sumber perekonomian bagi masyarakat setempat. Usaha lokal komunitas sebenarnya tidak memerlukan modal yang besar tetapi komunitas harus mempunyai keyakinan yang besar untuk sebuah keberhasilan dari setiap usahanya. (Suryo Purnomo - Sutet FM) (sumber:www.suarakomunitas.com)